BestStorageAuctions – Film tentang distopia bukanlah sesuatu yang baru di dunia perfilman Hollywood. Seakan tidak ada habisnya cerita tentang distopia untuk diceritakan, salah satu studio indi Hollywood ternama, yaitu A24, merilis film bertema distopia terbaru, yaitu Civil War. A24 menggaet DNA Films dan IPR.VC dalam produksinya.
BACA JUGA : Review Film Mulan
Civil War digarap oleh Alex Garland, sosok yang sebelumnya juga menyutradarai Men (2022), Annihilation (2018), dan Ex Machina (2014). Menariknya, film ini dibintangi oleh Kirsten Dunst, pemeran Mary Jane di seri film Spider-Man versi Tobey Maguire. Selain Dunst, Civil War juga dibintangi oleh Wagner Moura, Cailee Spaeny, Stephen McKinley Henderson, dan aktor lainnya.
Berlatar waktu pada near-future, Civil War berkisah tentang Amerika Serikat yang mengalami Perang Saudara kedua, yang mana membuat negara ini benar-benar kacau. Di saat intensitas perang sedang tinggi-tingginya, fotografer perang, bernama Lee Smith dan rekan jurnalis lainnya nekat pergi ke Washington DC untuk mewawancarai presiden Amerika Serikat, yang kini menjadi musuh untuk faksi tertentu di negara tersebut.
Review film Civil War
Film distopia dengan konflik realistis dan penuh ketegangan
Sebagian besar film distopia yang dirilis Hollywood biasanya mencampurkan unsur fiksi ilmiah pada ceritanya. Biasanya, keadaan dunianya begitu kacau dan penuh kemiskinan, tetapi kondisi teknologinya bisa dibilang lebih maju dari teknologi masa kini di dunia nyata.
Civil War hadir sebagai pembuktian bahwa film distopia ternyata juga bisa mengangkat konflik yang realistis dan dekat dengan kehidupan nyata. Kondisi dunia dan teknologi yang diperlihatkan pun masih benar-benar sesuai dengan keadaan dunia saat ini.
Civil War memperlihatkan bagaimana jadinya jika Amerika Serikat mengalami Perang Saudara kedua akibat pemerintah yang otoriter. Alhasil, Amerika Serikat terbagi dalam empat faksi dan presiden menjadi musuh besar untuk sebagian masyarakat Amerika Serikat. Menariknya walau mengangkat konflik tentang Perang Saudara, kisah Civil War diceritakan lewat perspektif sekumpulan jurnalis perang yang nekat mempertaruhkan nyawa mereka untuk bisa mengabadikan momen peperangan tersebut.
Walau sudut pandangnya diambil dari jurnalis perang, sutradara sekaligus penulis naskah Civil War, yaitu Alex Garland, tetap berhasil membuat cerita di film ini terasa begitu intens. Bahkan karena dari sudut pandang jurnalis perang, kita bisa melihat efek kekacauan akibat perang yang begitu depresif. Bagaimana enggak? Jurnalis perang harus tetap menjalankan tugas mereka walau ada kekacauan dan kematian di depan mata mereka. Layaknya tentara, jurnalis perang bahkan harus mempunyai naluri dan strategi sendiri ketika terjun di medan perang.
BACA JUGA : REVIEW FILM: THE HUMAN CENTIPEDE 3
Poin menarik lainnya adalah film ini juga dikemas dengan konsep road trip yang dilakukan para jurnalis dalam mengejar berita yang mereka inginkan. Enggak hanya satu medan perang, penonton bahkan diajak untuk menyaksikan kekacauan beberapa medan perang sekaligus, ditambah dengan konflik internal yang terjadi di antara kelompok jurnalis perang yang kisahnya kita ikuti. Bahkan, ada satu momen yang mana para jurnalis terjebak dalam situasi bahaya yang benar-benar memacu adrenalin saat menontonnya.
Kolaborasi akting menarik dari empat aktor utamanya
Seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya, Civil War menampilkan sekumpulan jurnalis perang yang pergi ke Washington DC untuk mewawancarai presiden. Nah, sekumpulan jurnalis tersebut terdiri dari empat orang, di antaranya Lee Smith yang diperankan Kirsten Dunst, Joel yang diperankan Wagner Moura, Jessie Cullen yang diperankan oleh Cailee Spaeny, dan Sammy yang diperankan oleh Stephen McKinley Henderson.
Berhubung Civil War menghadirkan elemen road trip yang menampilkan perjalanannya Lee, Joel, Jessie, dan Sammy; keempat aktor yang memerankan karakter tersebut berhasil menciptakan chemistry yang sangat baik, sehingga penampilan mereka benar-benar saling melengkapi. Apalagi, masing-masing karakter hadir dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Enggak hanya para pemeran utamanya, aktor-aktor pendukung lainnya juga tampil enggak kalah memukau walau kebanyakan dari mereka tampil cukup singkat di filmnya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, para jurnalis mengunjungi beberapa medan perang selama perjalanan mereka ke Washington DC. Selama mampir, mereka dipertemukan dengan beberapa karakter yang diperankan dengan sangat baik oleh aktornya.
Visual dan audio yang bikin penonton benar-benar berada di medan perang
Di antara semua aspek yang dihadirkan Civil War, saya bisa bilang scoring film ini benar-benar juara. Sutradara Alex Garland dan tim penata suaranya sama sekali tidak ragu menggunakan suara tembakan yang sangat menggelegar, yang menciptakan efek bahwa penonton berada langsung di lokasi penembakan. Sangat disayangkan film ini tidak ditayangkan dalam format IMAX di bioskop Indonesia.
Civil War bahkan menampilkan satu adegan yang mana para jurnalis perang berada di suatu basecamp tentara. Pada momen tersebut, film ini hanya menampilkan suara kegaduhan yang memberikan efek imersif kepada penonton seakan berada langsung di lokasi tersebut. Nuansa perangnya pun semakin terasa realistis dengan desain produksi yang benar-benar berhasil menampilkan kekacauan perang.
Film distopia dengan konflik yang realistis? Ya, itulah yang bakal kamu temukan pada ceritanya Civil War. Walau ceritanya diambil dari sudut pandang jurnalis perang, konflik yang ditampilkan film ini tetap terasa sangat intens dan membuat penonton bisa melihat kekacauan perang dari sudut pandang yang berbeda. Scoring filmnya benar-benar juara, sampai mampu membuat penonton seperti berada langsung di medan perang.