BestStorageAutions – Kesuksesan Zack Snyder’s Justice League (2021) memberi momentum kepada film terbaru Zack Snyder, Army of The Dead yang rilis di Netflix. Banyak penggemarnya menantikan film tersebut, ingin melihat apa jadinya karya Snyder ketika studio tidak mengekang. Bagi yang mengetahui kisah produksi Justice League (2012), tentu tahu betapa hancurnya film itu ketika Zack Snyder dibatasi kanan dan kiri hingga akhirnya mengundurkan diri.
Army of The Dead sendiri bukan percobaan pertama Snyder di genre Zombie. Film big budget pertamanya adalah di genre tersebut, remake Dawn of The Dead (2004). Bedanya, Dawn of The Dead adalah percampuran Zombie dan Survival Horror sementara Army of The Dead adalah produk hibrid Zombie dan Heist Movie.
Baca Juga : Review Film Abigail (2024)
Kisah Army of The Dead bermula dari kecelakaan lalu lintas di Gurun Mojave, Nevada. Pasutri baru yang tengah asyik indehoy di mobil tanpa sengaja menabrak konvoi militer yang membawa “paket misterius”. Keduanya tewas seketika, namun kecelakaan yang mereka sebabkan membebaskan bioweapon ciptaan Militer Amerika: Alpha Zombie aka Zeus.
Zeus bukan zombie biasa. Ia tipe zombie yang tidak hanya super kuat, tetapi juga cerdas dan mampu berpikir. Saking cerdasnya, ia bisa mengorganisir pasukan zombienya sendiri. Ketika bebas dari tahanan Militer Amerika, ia langsung membentuk pasukannya, membumihanguskan Las Vegas, dan mengubahnya menjadi “kerajaannya”.
Hanya segelintir yang berhasil bertahan dari serangan Zeus. Khawatir Zeus dan rakyatnya melebarkan “kerajaan” ke negara bagian lain, Amerika memerintahkan lockdown. Las Vegas ditutup, meninggalkan ratusan juta dollar Amerika yang tersimpan di kasino-kasinonya. Bly Tanaka, salah satu pemilik kasino di sana, kemudian menyewa veteran militer Scott Ward (Dave Bautista) untuk memimpin “penyelamatan” uang-uangnya yang tertinggal di dalam Las Vegas.
Premis dasar yang ditawarkan Army of The Dead tergolong menarik. Di saat kebanyakan film Zombie bertema survival atau konflik kemanusiaan, Army of The Dead berfokus pada pencurian. Sayangnya, Army of The Dead bisa dikatakan all style, no substance. Hal-hal yang menonjol darinya kebanyakan bersifat visual. Story developmentnya biasa-biasa saja, bahkan cenderung seperti B-movie. Tidak ada plot yang benar-benar engaging, membuat Army of The Dead bisa terasa flat dan kehilangan daya hentak saat pasukan Zombie tidak menyerang.
Dibandingkan dengan trilogi DC Man of Steel, Batman V Superman, dan Zack Snyder’s Justice League, kisah Army of The Dead adalah sebuah penurunan. Mungkin berada di level yang sama dengan Sucker Punch (2011), film keempat Snyder. Cukup mengherankan mengingat Snyder mengatakan ide Army of The Dead sudah berada lama di kepalanya. bahkan sejak dia membuat remake Dawn of The Dead.
Di sisi lain, kisah Army of The Dead juga lebih banyak memberikan pertanyaan dibandingkan jawaban. Misalnya, soal tujuan utama dari penciptaan Alpha dan siapa sesungguhnya Zeus. Snyder menjanjikan hal itu bakal terjawab di prekuelnya (Army Thieves) dan anime Army of The Dead: Lost Vegas. Namun, jika transmedia storytelling yang diincar Zack Snyder, seharusnya dia memastikan dulu kisah Army of The Dead bisa berdiri sendiri tanpa bergantung pada side-storynya.
BACA JUGA : Review Film Civil War (2024)
Meski kisah Army of The Dead tergolong biasa-biasa saja, setidaknya film tersebut memberikan karakter-karakter yang menarik. Masing-masing karakter, tidak hanya Scott Ward, hadir dengan keunikan dan kompleksitasnya masing-masing. Dan, seperti Heist Movie pada umumnya, semua karakter memiliki peran yang spesifik untuk memastikan pencurian yang dilakukan berhasil. Tidak sulit mengidentifikasi karakter-karakter yang ada di Army of The Dead.
Zeus, sang pemimpin Kerajaan Zombie, pun memiliki karakteristik yang distinktif. Ia bukan sekedar flesh eater. Misalnya, secara desain, ia beda sendiri dengan zombie lainnya. Ia mengenakan helm besi ala Magneto dan tongkat komando yang menegaskan status rajanya. Selain itu, ia juga berwibawa, menyerupai sosok Night King di Game of Thrones. Hebatnya, hal itu ditunjukkan lewat erangan dan bahasa tubuh saja karena zombie di Army of The Dead tidak bisa berbicara.
Adapun hal yang paling mengejutkan dari film Army of The Dead adalah bagaimana seluruh aspek integral dari produksi film ini dipegang oleh Snyder langsung. Zack Snyder tidak hanya memegang posisi sutradara, tetapi juga produser, storywriter, dan director of photography. Ia tampak ingin mempertegas dirinya sebagai seorang auteur dengan memastikan tidak ada unsur yang bakal mengkompromikan signaturenya.
Army of The Dead sangat Zack Snyder dalam banyak hal. Segala ciri khasnya bisa ditemukan di sepanjang film mulai dari bagaimana adegan laga ditampilkan, direksi visual yang vibran, hingga perhatiannya terhadap mise en scene serta semiotika. Sayang, kelemahan ia soal kurang piawai bercerita secara engaging ikut terbawa ke film ini. Namun, jika masalah storytelling dikesampingkan, film yang tayang di streaming service Netflix ini tetap bisa menghibur.