BetStorageAuctions – Agak Laen dibuat berdasarkan kanal YouTube bernama sama dengan lebih dari 560 ribu pelanggan, dan dimotori oleh empat komika populer yang di film ini memerankan versi fiksi dari diri mereka. Mudah saja menuduh komedi karya Muhadkly Acho ini sebagai satu lagi vanity project dari ego para selebritis selaku wujud selebrasi terhadap diri sendiri.
Tapi kenyataannya sungguh berlawanan. Sebagaimana judulnya, Agak Laen berhasil tampil beda, bahkan dengan narasinya yang bak versi lebih absurd dari Sabar Dulu Dong (1990), tidak berlebihan jika ia diberi cap “salah satu film komedi Indonesia paling segar dalam beberapa waktu terakhir”.
Baca Juga : REVIEW – GHOSTBUSTERS: FROZEN EMPIRE
Oki (Oki Rengga), Bene (Bene Dion Rajagukguk), Boris (Boris Bokir), dan Jegel (Indra Jegel) tengah berjuang membangkitkan rumah hantu di sebuah pasar malam. Motivasinya tentu saja uang, karena masing-masing dari mereka menyimpan masalah personal. Oki yang baru keluar dari penjara harus menebus obat sang ibu, Bene sedang mempersiapkan pernikahan, Boris mesti membayar uang sogokan agar mimpinya menjadi anggota militer terwujud, sedangkan Jegel terlilit utang judi.
Rumah hantu versi baru yang jauh lebih menyeramkan akhirnya usai dibuat. Saking seramnya, seorang pengunjung (Arief Didu) tewas terkena serangan jantung. Apa yang kuartet Agak Laen lakukan? Menguburnya di dalam wahana. Apa dampak dari perbuatan itu? Arwah si pengunjung murka, menambah kengerian rumah hantunya, yang berujung meningkatkan jumlah pengunjung.
Begitu cara naskah yang juga ditulis oleh Acho menjaga daya hiburnya. Setiap tindakan berujung pada konsekuensi absurd, yang ditangani memakai solusi tidak kalah absurd. Kentara kalau Acho terus memutar otak agar upayanya melucu tidak miskin kreativitas. Bahkan beberapa penempatan produk pun tak lupa dijadikan alat pemancing tawa penonton.
Tentu kelucuan bisa didapat juga berkat penampilan keempat aktornya. Mereka bukan pelakon dramatik kelas satu, namun kebersamaan menahun sebagai satu tim terbukti telah memupuk chemistry. Alhasil tiap banter pun terasa seperti aksi saling menimpali antara orang-orang yang sudah kenal betul kebiasaan serta kekhasan satu sama lain.
Baca Juga : REVIEW – SHAYDA
Hanya saja, harus diakui pengembangan alurnya belum maksimal. Daripada fokus mengeksplorasi konfliknya sambil sesekali melempar humor, naskahnya kerap “mampir” terlalu lama di sketsa-sketsa yang tak punya koneksi dengan cerita utama. Itulah mengapa durasinya membengkak hingga mendekati dua jam (119 menit).
Tapi kekurangan di atas tak mengubah fakta kalau Agak Laen adalah suguhan menyenangkan sekaligus unik. Sebuah genre-bending (komedi, horor, suspense) yang entah disengaja atau tidak, bak cerminan industri perfilman Indonesia dewasa ini, yang berbekal prinsip aji mumpung, begitu gemar mengeksploitasi hal-hal beraroma horor (cerita hantu, tragedi dunia nyata, mitos-mitos mistis, dll).