BestStorageAuction – Pada 1963, hidup remaja 16 tahun bernama Frank Abagnale Jr. (Leonardo DiCaprio) dan bahagia bersama kedua orangtuanya. Namun, tak lama masalah utang ayahnya memaksa ia dan ibunya pindah ke apartemen kecil. Momen itu membuat ibunya mulai selingkuh dan merokok lagi.
Singkat cerita, ayah dan ibu Frank pun memilih berpisah. Frank diminta oleh pihak hukum untuk tinggal bersama ibu atau ayahnya. Tak disangka, Frank memilih kabur dari keduanya dan memulai hidup bebas dengan cara menipu banyak orang.
“Catch Me If You Can” (2002) adalah salah satu film biografi yang digarap Stephen Spielberg. Pada film 141 menit ini, ia menyuguhkan kisah seorang penipu ternama bernama Frank Abagnale Jr. Film ini juga menjadi ajang pembuktian Leonardo DiCaprio kepada khalayak, bahwa ia tak sekadar aktor modal tampang saja.
Dirilis pada hari Natal tahun 2002, “Catch Me If You Can” mampu meraih sukses secara komersial dan artistik. Film ini pun juga meraih dua nominasi Oscar untuk kategori “Best Original Score” dan “Best Supporting Actor”. Kini, penonton bisa menikmati film ini di Netflix.
Akting Leonardo DiCaprio yang Berlapis
Berperan sebagai Frank Abagnale Jr, Leonardo tampil apik selama memerankan sosok penipu ternama tersebut. Boleh dibilang Leo sukses berakting sebagai orang yang berakting.
Selama film berlangsung, penonton akan melihat Frank yang diperankan Leo berakting sebagai orang lain guna melancarkan aksi penipuannya. Hal itu bikin akting Leo begitu berlapis selama memerankan tokoh tersebut. Metode semacam ini kelak dipakai lagi oleh Leo saat membintangi “Once Upon A Time In Hollywood” (2019).
“Catch Me If You Can” juga menjadi panggung bagi Tom Hanks. Di film ini ia berperan sebagai sosok agen FBI bernama Carl Hanratty. Secara keseluruhan, Tom cukup baik dalam memerankan tokoh tersebut. Walau tidak segemilang Leo. Ia pun juga mampu membangun chemistry dengan Leo selaku Frank Abagnale Jr. Boleh dibilang chemistry keduanya merupakan salah satu daya tarik dari “Catch Me If You Can”.
Selain Leo dan Tom, Christopher Walken dan Amy Adams juga patut diapresiasi. Walken mampu menampilkan sosok ayah dari Frank yang cerdas dan penyayang. Walken juga mampu menyeimbangi akting Leo dan juga Tom. Maka tak heran bila dirinya diganjar nominasi Oscar untuk kategori Best Supporting Actor.
Walau tidak mendapatkan scene yang banyak, Amy Adams berhasil mencuri hati lewat perannya sebagai Brenda. Tokoh yang diperankannya itu merupakan sosok perawat lugu yang sempat menjadi pacar Frank.
Durasi Panjang yang Tak Membosankan
“Catch Me If You Can” punya durasi panjang yang dibawakan dengan flow yang pelan. Kendati begitu, film ini tak akan membuat penonton mati bosan. Hal itu tak lepas dari cara Stephen dalam menyajikan keseluruhan adegan di film ini. Ia tahu adegan mana yang harus dibikin tegang, serta mana yang harus dibikin rileks.
Stephen pun juga mampu menyajikan adegan penipuan yang dilakukan Frank secara detail. Adegan tersebut lantas diperkuat dengan tata artistik dan properti yang sesuai, serta sinematografi yang banyak berfokus pada Frank.
Hal lain yang membuat “Catch Me If You Can” begitu nyaman dinikmati adalah sajian music scoring-nya. Banyak musik bernuansa jazz 60-an tersaji di hampir tiap adegannya. Kredit sebesar-besarnya untuk John Williams selaku penata musik. Williams sendiri berhasil meraih nominasi Oscar untuk Best Original Score berkat kontribusinya itu.