BestStorageAuctions – Setiap melewati terowongan, satu gerbong kereta menghilang. Begitulah cara setan di Kereta Berdarah meneror perjalanan karakternya. Kenapa harus demikian? Apa yang membuat si setan secara konsisten mematuhi “aturan” tersebut?
Mempertanyakan rules di film horor Indonesia sungguh melelahkan, akibat banyak pembuatnya hobi menggunakan “semua bisa terjadi dalam peristiwa gaib” sebagai kedok di balik ketidakmampuan menyusun kisah solid. Di luar urusan “satu terowongan satu gerbong” tadi masih tersimpan setumpuk kejanggalan lain. Misal saat naskah buatan Erwanto Alphadullah mengungkap penyebab para hantu hanya muncul dalam terowongan.
BACA JUGA : Review Black Panther : Wakanda Forever (2022)
Alurnya mengetengahkan perjalanan sebuah kereta api menuju resor Sangkara. Layaknya Snowpiercer (tunggu sampai filmnya melempar “penghormatan” bagi Hereditary di salah satu shot), kereta terbagi jadi beberapa kelas. Bara (Kiki Narendra) beserta para investor resor berpesta di gerbong terdepan, golongan menengah ke atas yang jijik pada kehadiran orang miskin menyusul berikutnya, sedangkan di paling belakang, gerbong ekonomi menampung rakyat jelata.
Protagonis kita, Purnama (Hana Malasan), berada di kelas ekonomi bersama sang adik, Kembang (Zara Leola). Purnama menderita kanker. Kondisi tersebut mungkin hendak dipakai untuk melempar pesan positif soal “ketidaksempurnaan”, namun akibat dangkalnya eksplorasi, penyakit itu bak sebatas cara curang bagi Purnama untuk lolos dari teror setan.
Seperti telah disebutkan, teror cuma terjadi kala kereta memasuki terowongan. Di antaranya, Kereta Berdarah coba melempar kritik mengenai jurang kelas, kapitalisme, dan tidak ketinggalan, kerusakan lingkungan lewat ending-nya yang unik serta cukup mengejutkan, walau terkesan datang tiba-tiba.
BACA JUGA : REVIEW – THE FIRST OMEN
Subteksnya tak pernah benar-benar tampil mendalam, meski tujuan menciptakan miniatur dinamika sosial masyarakat Indonesia di atas kereta telah terpenuhi. Serbuan para setan yang berawal dari gerbong ekonomi ibarat bencana yang terlebih dahulu merenggut nyawa rakyat jelata, sementara para pemilik harta berkesempatan berdiri di barisan terdepan untuk mendapat pertolongan.
Sebagaimana film horor lain yang digarap Rizal Mantovani, Kereta Berdarah unggul di departemen visual. Terutama terkait desain setan unik, yang lebih dekat ke arah monster ketimbang hantu Indonesia konvensional. Departemen tata rias, kostum, hingga efek spesial turut berkontribusi membuat tampilan sang hantu jadi keunggulan terbesar filmnya.
Sayangnya, sebagaimana film horor lain yang digarap Rizal Mantovani, kelebihan dalam hal visual menjadi percuma karena sang sutradara kurang piawai menyusun adegan berintensitas tinggi. Hantu-hantu dalam film Rizal selalu cantik di gambar diam, namun seketika kehilangan taring kala dilihat lewat gambar bergerak. Kereta Berdarah memang menumpahkan banyak darah, namun yang tersaji tidak lebih dari sadisme tanpa energi.